Recent Posts

Tiga Amalan Istimewa Penuntun Langkah Menuju Ridla Ilahi

Pleasa Visit the Article to see more.

Memahami Toleransi Meneguhkan Prinsip Melunakkan Sikap

Pleasa Visit the Article to see more.

Ilmuwan Muslim

Pleasa Visit the Article to see more.

Beautiful Life

Keep Your Happy.

A History

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 29 Juni 2019

Penjelasan QS Surah al-Isra ayat 32 tentang Pergaulan Bebas dan Zina

Jumat, 28 Juni 2019

Memahami Toleransi Meneguhkan Prinsip Melunakkan Sikap

Rabu, 26 Juni 2019

Tiga Amalan Istimewa Penuntun Langkah Menuju Ridla Ilahi

          Hidup di zaman yang kian sarat dengan berbagai cobaan seperti dewasa ini, mengharuskan setiap insan memiliki bekal moral yang memadai. Agar ia tidak terombang-ambing kesana kemari, tidak mudah hanyut oleh arus perubahaan yang kian deras menerpa bak buih dilautan yang disapu angin. Sebab, cobaan dan godaan yang silih berganti sangat mungkin melemahkan pertahanan iman, bahkan merobohkan benteng ketakwaan dalam diri seorang muslim.
     Dalam ajaran Islam, ada tiga amalan yang bisa menuntun seseorang menjalani hidup. Memapahnya selangkah demi selangkah untuk menggapai asa dan cita, serta menjemput ridla Ilahi Rabbi. Yang pertama, Istikharah mempertimbangkan dengan matang setiap tindakan yang dilakukan.
         Istikharah mempunyai makna selalu berusaha mencari yang terbaik dari setiap tindakan yang akan dilakukan. selalu mempertimbangkan dampak positif dan negatif dari suatu perbuatan, bagi kehidupan pribadi maupun bagi masyarakat. Dampak bagi kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.
        Dengan sikap istikharah, seseorang tidak akan pernah gegabah dalam menentukan arah dan langkah. Ia tidak akan pernah melakukan suatu perbuatan sebelum ia berpikir akibat baik buruknya dampak dari perbuatan tersebut. Dalam sebuah hadist Rasulullah Saw bersabda: "Ketika engkau ingin melakukan sesuatu, maka pikirkanlah akibatnya. jika akibatnya baik, maka lakukanlah. dan jika akibatnya buruk maka tinggalkanlah." (HR. Ibn Mubarak)
         Untuk itu, kita sebagai seorang mukmin dianjurkan untuk berkonsultasi dan bermusyawarah dengan orang lain dalam setiap rencana. Dengan bermusyawarah, hasil yang dicapai akan lebih maksimal karena dipertimbangkan dengan sudut pandang yang lebih banyak dan lebih menyeluruh. terlebih lagi, apabila musyawarah itu dilakukan dengan orang alim yang memiliki kedekatan dengan Allah. Sebab, cahaya ilahiyah selalu menerangi jiwa mereka, sehingga mereka dapat memandang segala sesuatu lebih mendalam dan detail, serta dipertimbangkan sesuai dengan hukun dan hikmah yang ditetapkan Allah.
         Selanjutnya, jika telah diputuskan untuk melakukan sesuatu, maka haruslah berpasrah kepada Allah. berharap agar pilihan ini adalah yang terbaik serta mendapat tuntunan dalam menjalankannya.
         Kedua, Istiqamah konsisten dalam menjalankan pilihan hidup. Kunci kedua agar kita dapat menjalani hidup dengan tenang dan tidak terombang-ambing adalah istiqamah. Istiqamah adalah sikap konsisten dan teru-menerus dalam menjalani usaha demi tercapainya suatu tujuan. Dengan memiliki sikap istiqamah kita tidak akan mudah kehilangan arah tujuan, tidak mudah terpengaruh, dan tidak mudah patah semangat. Dengan istiqamah, cita-cita akan mudah digapai, sebab orang yang memiliki sikap istiqamah tidak akan berhenti berusaha atau berputus asa. Sedikit demi sedikit asalkan terus dilakukan, setapak demi setapak asalkan tetap melangkah dan berjalan. Dalam sebuah syair Arab yang berbunyi: "Sekira engkau beristiqamah, maka Allah akan mentakdirkan bagimu keberhasilan di masa mendatang".
        Ketiga, Istigfar intropeksi diri dan pembenahan diri. jika setiap pilihan hidup yang kita ambil telah dipertimbangkan dengan segala kemungkinan dampak positif dan negatifnya, jika pilihan itu telah dijalankan dengan istiqamah, maka sikap yang sangat penting untuk dilakukan setelahnya adalah istigfar. Secara terminologi, makna istiqfar adalah meminta ampunan. namun bukan hanya demikian, istiqfar juga mengandung makna selalu intropeksi terhadap kesalahan dan kekurangan diri, untuk tujuan pembenahan berikutnya. Sejenak kita menengok masa lalu, lalu menatap dan memantapkan langkah-langkah yang telah terukir, demi melanjutkan langkah yang telah tertata, membenahi yang masih terserak, dan mencipta langkah-langkah baru yang lebih baik. 
  Dengan ketiga amalan di atas, kita bisa tabah menghadapi segala tantangan zaman. Mampu mengatasi segala masalah dan siap menghadapi segala aral yang merintangi jalan. Tidak mudah terseret arus, namun juga tidak kaku ataupun egois.

Dikutip dari ceramah KH. M. Anwar Manshur